Pages

Saturday 7 September 2013

Pengalaman SIDANG di Jakarta

        Aku Intip sekeliling luar melalui jendela kecil kosku, hari masih begitu gelap. Mata terasa berat, kepala agak pusing. Berulang kali mencoba untuk merebahkan diri ke kasur empuk yang kubeli setahun lalu. Kasur yang paling aku gemari, setelah kasur di kosku dulu dan dirumah tercinta di Pati sana. Kasur lipat yang kudapat dengan harga diskon karena kebetulan temanku sendiri penjualnya. Jadi teringat masa dulu pindahan dari Purwakarta ke Cikampek. Ah waktu itu sedih, merasa kehilangan keluarga meski bukan keluarga asli. Bapak dan Ibu kos yang paling baik menurutku. Mereka menangis sewaktu barang-barang diangkut ke dalam Angkotan Umum. Bapak pun turut menangis. Aku agak heran selama kos tidak pernah sekalipun melihat bapak menangis, namun kali itu bapak menangisiku, menangisi kepergianku.  Ada perasaan berat, haru, sedih campur begitu saja.
       Jam hape masih menunjukkan pukul 3.00 pagi. Aku pun mulai cek lagi barang-barang bawaan yang akan dibawa sampe untuk Sidang. Sidang yang menentukan lulus atau tidaknya seseorang. Banyak cerita megerikan, menakutkan, dari beberpa orang yang telah mengalami sidang. Maka dari itu persiapan secara teknis harus matang. Mulai dari baju, sepatu, warna baju, kondisi laptop apakah sudah full, buku TA rangkap 3, KPU, dompet berisi uang, 
        Persiapan sudah matang, meski agak ngantuk bergegas untuk sampai di stasiun tepat pada waktunya. Kebetulan ada teman kos yang juga ingin ke Jakarta, jadi setidaknya ada teman ngobrol di kereta dan teman yang hapal stasiun-stasiun. Itu kali kedua naek kereta setelah kemaren sempat naik kereta untuk tinjau lokasi Sidang. Naek kereta itu yang ditakutkan adalah kapan kita harus berhenti di stasiun yang tepat agar tidak kelabasan.
       Tepat jam 9 pagi sampai juga di Stasiun Senin. "Sukses ya mut, hati-hati dijalan" itu perkataan yang dilontarkan temanku tadi. Aku pun mulai melangkahkan kaki dengan agak berat. Bukan berat hati namun karena berat di bawaan. Dengan langkah yang tidak selebar biyasanya karena rok sepan yang aku kenakan dan barang bawaan yang lumayan berat terasa letih juga. Perjalanan terasa lebih jauh. Sengaja tidak naik angkutan umum, belajar dari pengalaman tukang angkot yang galak seperti waktu naik angkot di kebun Jeruk waktu dulu. 
       Jam 9.20 menit sampai juga di tempat Sidang. Aku mulai kenakan dasi dan almamater dan mengecek kerapihan baju. Sempat aku tengok kanan kiri depan belakang tidak ada satupun orang yang aku kenal disana. " Daftar dulu neng di tempat pendaftaran" si bapak security berusaha memberitahuku. Proses registrasi berjalan lancar, ada beberapa mahasiswa dari kampus lain yang masih sibuk menempel lampiran-lampiran buku TA. Aku bergegas naik ke lantai 3 menuju ruang sidang dan sebelum sidang harus melalui proses protet memotret terlebih dahulu. Sesampainya di lantai 3 aku harus menunggu sampai jam 2 siang untuk di foto karena sidangku berlangsung jam 4 sore. 
        Ya, kurang lebih 8 jam menunggu di tempat sidang. Ada untungnya juga menunggu, bisa banyak bertanya dengan anak dari kampus lain mengenai buku TA sampai dengan persiapan sidang mereka. Selama menunggu aku lihat betul-betul muka beberpa anak yang telah masuk ruang sidang. Ada yang tertawa, ada yang tdinya ceria mendadak jadi pendiem, ada yang bilang dicecer habis2an, ada yang bilang disuruh merubah seluruh isi programnya. Hal ini membuatku agak sedikit down sejenak, namun aku percaya dengan diriku sendiri dan dengan doaku yang kupanjatkan karena dosen penguji tidak lebih tahu mengenai program yang telah aku bikin. Detil program hanya aku yang tahu kecuali jika penguji diberi waktu 3 hari untuk menganalisa program itu tentu mereka akan tahu. 
           Jam 12 tepatnya, aku mulai mencari mussola yang ternyata terletak di gedung paling atas butuh tenaga untuk kesana. Tidak ada satupun orang disana. Sempat bingung dengan arah kiblat namun berpatokan pada Tulisan asma Allah. Dan kemudian datang ibu-ibu yang kemudian mengambil mukenah, hmm. dan ternyata memang salah sdikit yang seharusnya miring malah lurus. Aku sempatkan tidur sejenak untuk menghilangkan pusing yang telah melanda sekaligus mengumpulkan energi agar bisa kuat dengan pertanyaan dari penguji.
      Jam sudah mulai menunjukkan pukul 4, memperisapkan mental. Aku mulai masuk sejenak aku mendengarkan dengan cermat suara penguji, dari cara berbicara pengujinya tidak galak dan spertinya humoris. Selama sidang aku terus saja menjelaskan mengenai TA, sampai dengan programnya aku jelaskan secara detil. Aku seperti penyiar radio yang mengoceh tiada henti, sampai pada akhir pak penguji bilang " STOP, saya ganti yang bertanya" ada perasaan lucu juga karena dari awal presentasi tidak memberi kesempatan dosen berbicara. Beberepa pertanyaan diajukan, justru hal yang sepele ditanyakan. Alhamdulilah tidak ada perasaan takut atau canggung terasa seperti presentasi biasa ada yang bertanya lalu aku jawab. Namun justru agak khawatir dengan hasilnya nanti karena belum waktunya keluar dari ruang sidang penguji sudah mengakhiri sidang itu dengan alasan sudah cukup, tidak ada pertanyaan lagi yang harus ditanyakan. Mudah2an dapat hasil yang memuaskan..amin
           Jam 5 kurang 15 menit aku  bergegas menuju halte busway, aku ingat jadwal kereta di stasiun Kota adalah jam setengah 7 agar bisa sampai di Cikampek pukul 11 an. Dengan napas agak tersengal-sengal aku berusaha lari dari halte busway menuju stasiun Kota dengan sedikit mengangkat rok sepan berupaya agar langkah kaki melebar. Jam 6 tepat sampai di stasiun kota, mencari loket dan dengan agak menyesal petugas loket mengatakan " Maaf, tiket keberangkatan Jakarta-cikampek untuk jam setengah 7 sudah habis". Aku duduk sendiri di bawah tiang penyanggah stasiun berusaha menarik nafas panjang mencari ide, atau solusi agar sampai di cikampek malam itu juga tanpa harus menginap di jakarta. Oh ya masih ada kereta terakhir :)