September ceria, September ceria..
Milik kita bersama ...
Masih ingat dengan lagu ini?
lagu ini mesti tidak awam dikuping kita.
Kata orang lagu yang kita nyanyikan secara tidak langsung akan mensugesti diri kita. Lagu september ceria merupakan awal yang bagus untuk menyambut bulan september ini sehingga hidup terasa bewarna dan ceria.
Memasuki bulan september ini, dibelakangnya ada bulan agustus. Agustus ditandai dengan adanya perayaan Idul Fitri kemudian ada acara hut kemerdekaan RI dan terpilihnya Pak Jokowi sebagai Presiden Indonesia. Indonesia sedang banyak hajatan.:)
Saya juga tidak mau kalah kayak Indonesia yang punya banyak Hajatan. Hajatan saya liburan adalah ke Dieng.hehe.
Dieng?
Pertama kali mendengar kata Dieng pikiran beralih ke masa Kerajaan-kerajaan zaman dahulu. Dieng identik dengan candinya. Dieng idetik dengan iklim dingin. Dieng terkenal dengan bukitnya.
Jam 8 malam rombongan berangkat dari Kayen go to Dieng. Saya, kakak, kakak ipar bersama dengan teman-teman kakak saya. Jumlah kami sekitar 16 orang. Kendaraan apa kira-kira yang cocok?
Ya, kami menggunakan mobil travel kapasitas 14 orang, Dengan biaya 400 ribu untuk 2 hari cukup murah bukan untuk berwisata.
Jalan yang berliku-lliku ketika sudah akan mendekati dieng. Tidak boleh sembarangan membawa supir . Kebetulan kakak saya yang menyetir sudah ahli dan terbiasa jadi tidak ada rasa was-was. Hawa dingin mulai memasuki celah mobil travel. Kanan kiri bukit-bukit gelap.
Akhirnya sampai juga di bukit Sekunir Dieng tepat jam 4 pagi. Sudah banyak traveler lain yang sudah bersiap-siap untuk mendaki. Begitupun rombongan kami. Hawa dingin merasuk. Jaket tebal akan sangat digunakan. Memasuki kawasan sekunir kami disambut dengan aneka topi, tutup keepala, sarung tangan, kaos kaki dan perlengkapan mendaki lain yang telah dijajakan dengan rapi oleh penjual disana. Harganya pun relative murah. Saya tak membeli apapun. Bagi yang tak memakai kerudung sangat dianjurkan untuk memakai tutup kepala mengingat hawanya sangat dingin. Serasa di Korea itulah yang saya rasakan.
Pendakian dimulai. Oh ya jangan lupa bawa senter atau penerangan lain jam 4 di sekunir masih begitu gelap. Medan yang cukup berat, licin ditambah keadaan yang masih gelap membuat saya lebih berhati-hati dalam mendaki. Perlahan tapi pasti saya melangkah mendaki bukit sekunir bersama rombongan saya dan rombongan lain. Puncak sekunir perlahan kelihatan menambah semangat untuk sampai di atas puncak. Ada suara-suara aneh disana. Namun, ini hanya suara pendaki yang mungkin modus.hehe
Sampailah.
Kurang lebih jam 5 kami sampai di puncak. Rasa capek dan kedinginan terbayar setalah bisa sampai di atas puncak. Like fliying in the sky. Seolah seperti berada di atas awan saja. Moment yang paling di tunggu menyaksikan sun rises di puncak sekunir. Dengan malu-malu sang mentari mulai menampakkkan sinarnya kemudian wajahnya. Saya mengabadikan moment itu.
Haduh kami belum beruntung mentari baru akan menampakkan wajahnya, Kabut tebal mulai mendekat. Semakin dingin dan gelap memaksa kami untuk turun.
Pendakian yang seru dan moga2 bisa kesana lagi bersama dengan pasangan hidup saya. Dieng saya akan datang lagi insyaallah :)
No comments:
Post a Comment